Guru Sering Stres Saat Mengajar? Coba 6 Cara Ini!

Guru Sering Stres Saat Mengajar? Coba 6 Cara Ini!

Di kelas, guru sering membuang banyak waktu hanya untuk menjawab pertanyaan berulang
seperti:

• “Tugasnya dikumpulkan di mana?”
• “Boleh saya raut pensil?”
• “Sekarang kita harus ngapain?”

Tanpa sistem yang jelas, mulai dari aturan transisi, aturan keterlambatan tugas, hingga penataan
ruang, guru bisa kehilangan menit-menit penting setiap harinya. Kalau ditotal, bisa sangat
banyak.

Penelitian dari University of Chicago (2024) menunjukkan: salah satu cara terbaik menjaga waktu
belajar adalah membuat rutinitas, aturan, dan ekspektasi yang jelas sejak awal tahun dan
konsisten dijalankan sepanjang tahun.

Waktu itu Berharga

Siswa akan lebih mandiri, tahu apa yang diharapkan dari mereka, dan mengerti bagaimana cara
sukses di kelas. Berikut 6 strategi praktis untuk membantu kelas tetap teratur:

1. Bagi Guru Penting Buat Rutinitas Pembuka

Beberapa menit pertama di kelas sangat menentukan suasana belajar. Karena itu, guru
sebaiknya menyiapkan kegiatan pembuka yang bisa menarik minat siswa, mengingatkan mereka
pada pengetahuan yang sudah dimiliki, memberi sedikit kesenangan, sekaligus menyiapkan
mereka untuk materi hari itu, tulis Curtis Chandler, profesor pendidikan sekaligus mantan guru
SMP, di MiddleWeb.

Contohnya, guru bisa memulai dengan brain dump: memperkenalkan topik pelajaran, lalu
meminta siswa menuliskan semua hal yang mereka tahu atau kira-kira tahu tentang topik
tersebut. Pendidik Rebecca Alber juga menyarankan menuliskan “Kutipan Hari Ini” di papan tulis
yang relevan dengan materi. Siswa kemudian diminta mendiskusikan kutipan itu sebentar
bersama teman, menghubungkannya dengan pengalaman pribadi atau pelajaran sebelumnya.

2. Perlengkapan Harus Siap

Semakin cepat siswa bisa menemukan perlengkapan yang mereka butuhkan, semakin banyak
waktu yang bisa dimanfaatkan guru untuk mengajar. Disarankan menyediakan satu rak khusus
yang berisi perlengkapan dasar, gunting, penggaris, lem, kertas, pensil yang sudah diraut, dengan
wadah berlabel jelas dan tambahkan setiap perlengkapan yang ia temukan di lantai langsung
dimasukkan ke wadah itu, sehingga rak selalu lengkap dan lantai tetap rapi.

3. Atur Kebijakan Penggunaan AI

AI sudah menjadi bagian dari keseharian siswa, sehingga guru perlu menetapkan aturan yang
jelas tentang boleh atau tidaknya penggunaan AI di kelas agar tidak menimbulkan kebingungan.
>Menurut pendidik sekaligus perancang kurikulum Hedreich Nichols, ada empat langkah untuk
menyusun kebijakan AI di sekolah: (1) lakukan survei pada siswa tentang pengetahuan dan
kebiasaan mereka menggunakan AI, (2) gunakan hasil survei itu untuk membuat kode etik dan
aturan tertulis, (3) jadikan dokumen tersebut bahan diskusi di kelas tentang pentingnya integritas
akademik, dan (4) terus pantau serta evaluasi cara siswa menggunakan (atau tidak
menggunakan) AI sepanjang tahun.

4. Rencana untuk Siswa yang Cepat Selesai

Selalu ada siswa yang menyelesaikan tugas lebih cepat dibanding teman-temannya. Jika tidak
diarahkan, mereka bisa menjadi gelisah dan mengganggu jalannya kelas.

Untuk mengantisipasi hal ini, guru dapat menyiapkan daftar aktivitas khusus bagi siswa yang
cepat selesai. Di tingkat SD, misalnya, bisa dibuat pojok menulis surat dengan kartu kosong
dan hiasan sederhana agar mereka tetap berlatih literasi. Di tingkat SMA, bisa disediakan stasiun
eksplorasi karier berisi sumber digital, majalah, atau panduan pasca-sekolah. Alternatif lain
adalah mengingatkan siswa untuk mulai mengerjakan tugas yang akan segera dikumpulkan.
>Agar lebih praktis, daftar kegiatan dapat dipajang di kelas dalam bentuk poster aktivitas cepat
selesai, sehingga siswa dapat langsung memilih kegiatan tanpa menunggu instruksi tambahan.

5. Atur Tempat Duduk dengan Sengaja

Penataan kursi dan meja di kelas sangat memengaruhi kelancaran pembelajaran. Ada yang
lebih efektif dengan formasi berkelompok, ada yang cocok dengan lingkaran atau setengah
lingkaran, sementara yang lain lebih pas menggunakan susunan berbaris. Intinya, tidak ada satu
tata letak yang selalu paling tepat, semua tergantung kebutuhan kegiatan. Misalnya, meja
berkelompok kecil cocok untuk kerja tim, sedangkan susunan melingkar lebih mendukung
diskusi kelas atau presentasi.

Apa pun formasi yang dipilih, penting untuk mengatur siapa duduk di mana. Jika siswa dibiarkan
memilih tempat duduk sendiri, sering kali muncul drama atau gangguan. Dengan bagan tempat
duduk, guru bisa menempatkan siswa secara strategis, misalnya, menyebar siswa yang sering
mengganggu atau menempatkan siswa yang butuh bantuan di dekat teman yang bisa
mendukung mereka.

6. Buat Survei Siswa yang Bermakna

Survei siswa memang penting saat awal tahun ajaran, tetapi sering kali pertanyaannya
terlalu dangkal. Daripada sekadar menanyakan hal sepele seperti makanan favorit, gunakan
survei untuk membangun hubungan yang lebih bermakna sekaligus mendukung proses belajar
sepanjang tahun.

Awali dengan pertanyaan tentang minat dan latar belakang, misalnya siapa tokoh yang ingin
mereka ajak makan siang atau bahasa apa yang digunakan di rumah. Lanjutkan dengan
pertanyaan akademis yang lebih dalam.

Jika disusun dengan cermat, survei siswa bukan hanya alat pengumpulan data. Survei bisa
menjadi jembatan untuk menciptakan kelas yang peduli, memberi ruang bagi kebutuhan siswa,
dan menumbuhkan rasa percaya sejak awal.

Bagikan :

Artikel Lainnya